Full width home advertisement

Just Writing

Fotografi

Post Page Advertisement [Top]


PORT AU PRINCE(SI) – Korban jiwa akibat gempa Haiti diperkirakan jauh melebihi dugaan awal.Bila sebelumnya angka korban hanya diperkirakan mencapai 100.000 jiwa,kini jumlah korban tewas ditaksir bisa melewati 200.000 orang.


Bila benar,jumlah itu hampir setara dengan korban gempa dan tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang disebut-sebut sebagai bencana alam terdahsyat abad ini.Saat itu, gempa 9,3 Skala Richter (SR) yang terjadi di Samudra Hindia 26 Desember 2004 memakan korban sekitar 230.000 orang di 8 negara. Menurut data Departemen Kesehatan, warga Aceh yang menjadi korban sebanyak 166.080 jiwa.

Pada hari keempat pascagempa berkekuatan 7 SR yang terjadi Selasa lalu (12/1),sudah ada 60.000 warga Haiti dinyatakan tewas, ratusan ribu terluka, serta 300.000 lainnya kehilangan rumah. Jumlah korban tewas diperkirakan bisa menembus angka hingga 200.000 jiwa karena masih banyak korban yang masih terjebak di reruntuhan. Padahal, secara fisio-biologis manusia akan sulit bertahan hidup bila sudah melewati empat hari tanpa makan dan minum.

Berdasarkan perkiraan PBB,korban jiwa bahkan bisa mencapai 300.000 orang.“Kami memperkirakan korban tewas bisa mencapai 100.000– 200.000 orang meskipun akan sangat sulit mendapat angka pasti,” papar Menteri Dalam Negeri Haiti Paul Antoine Bien-Aime. Hingga kemarin,aktivitas pencarian terus dilakukan tim SAR beserta anjing pelacak dan warga setempat. Pencarian ini berjalan lamban karena tebalnya puingpuing dan rusaknya bangunan.

Di sebuah hotel yang terletak di ibu kota, ratusan orang belum bisa dievakuasi, sementara di sebuah sekolah keperawatan diduga ada 260 korban tewas dan 25 korban selamat yang belum bisa dikeluarkan dari reruntuhan. Di sebuah toko berlantai dua yang berada di belakang sekolah keperawatan tersebut juga diperkirakan ada 260 orang yang belum diketahui nasibnya. Namun, harapan hidup masih ada setelah salah seorang kerabat mengaku menerima short message service(SMS) pertolongan pada Jumat malam.

Dari pencarian Jumat malam, tim SAR berhasil mengeluarkan 55 orang korban selamat. Pencarian terus dilakukan karena dari beberapa gedung masih ditemukan korban selamat,tapi masih terdengar suara tangis dari dalam. Lambatnya penanganan korban selamat menjadi salah satu penyebab semakin bertambahnya jumlah korban tewas. Rumah sakit-rumah sakit di Ibu Kota Port Au Prince yang hanya memiliki fasilitas terbatas mesti melayani ribuan orang dengan kondisi luka yang parah.

Kondisi ini masih diperparah dengan tidak berfungsinya sejumlah pelayanan karena infrastruktur rumah sakit rusak terkena guncangan gempa. Tidak tersedianya cukup makanan dan tenda serta air bersih juga memperparah keadaan dan membuat korban selamat banyak yang meninggal. Semakin kacaunya situasi dan lambatnya penanganan ini membuat warga Haiti mulai kehilangan kesabaran.Tindak kriminalitas seperti pencurian, perampokan, penjarahan maupun pencegatan truk pembawa bantuan mulai marak.

Warga yang masih trauma mesti berjaga ekstraketat untuk menjaga harta benda mereka yang tersisa. “Orang-orang mulai mencuri uang. Kami harus melindungi dan menjaga rumah kami. Banyak orang bersenjata yang mencoba merampas harta kami,” tutur Evelyne Buino, salah seorang warga ibu kota. Maraknya tindak kriminal itu membuat sebagian warga enggan meninggalkan penampungan, bahkan hanya untuk mencari bantuan makan.

“Kami takut keluar karena banyak orang bersenjata di luar sana,” cerita Eglide Victor Iring-iringan misi kemanusiaan dari luar yang membawa persediaan makanan, obat-obatan, serta air bersih mengalami kendala sangat berat karena medannya yang rusak parah. Pelabuhan dan Bandara Haiti juga rusak sehingga bongkar muat untuk bantuan terhambat. Amerika Serikat (AS) bahkan harus mengambil alih kendali bandara karena keadaan yang mendesak.

“Saat ini yang kami lakukan masih mencari dan menyelamatkan korban. Kami sedang berusaha menyelamatkan korban hidup sebanyak mungkin. Misi kemanusiaan kita sedang digerakkan di semua sektor. Bantuan kami mungkin lambat karena kendala yang kami hadapi juga sulit,” tutur Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Besarnya kerusakan membuat PBB harus merevisi dana pemulihan penanganan gempa.

PBB mengatakan dana pemulihan untuk penanganan bencana Haiti mencapai USD 562 juta (Rp 5,6 triliun). Dana sebesar itu diharapkan bisa terkumpul dari bantuan hibah ataupun pinjaman lunak negaranegara di dunia serta badan internasional. Setengah dari dana tersebut bakal digunakan untuk menyediakan makanan siap saji. Sementara itu,USD50 juta dari total dana akan dimanfaatkan untuk penanganan kesehatan dan USD20 juta untuk sanitasi,nutrisi, serta alat pembersih air.

Hingga kini, negara-negara di dunia dan badan internasional baru berkomitmen untuk menyediakan dana sebesar USD360 juta,sedangkan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional masingmasing menjanjikan USD100 juta. Dana ini kemungkinan besar akan digunakan sebagai dana rekonstruksi jangka panjang.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan John Holmes mengatakan dana sebesar Rp5,6 triliun diharapkan bisa menolong 3 juta warga Haiti yang menjadi korban gempa berkekuatan 7 SR, Selasa lalu (12/1).Holmes memperkirakan 30% bangunan di Ibu Kota Port Au Prince rusak atau hancur total, sedangkan di beberapa wilayah yang mengalami guncangan lebih besar 50% atau lebih bangunannya rusak.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dikabarkan akan segera mengunjungi Haiti. Selain sebagai bentuk solidaritas, kunjungan Hillary ini juga untuk semakin membuktikan komitmen besar AS bagi korban gempa. (AFP/BBC/Newyorktimes/ Rtr/maesaroh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

Bottom Ad [Post Page]